HEMOLISA DARAH, GOLONGAN DARAH
DAN TEKANAN DARAH
Irma
juwita* Dhian ramadhanty**
*Peserta
Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
**Staf Asisten Laboratorium
Dasar Fisologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Praktikum
ini bertujuan untuk melihat bagaimana terjadinya hemolisa dan krenasi dari
darah secara makroskopis dan mikroskopis, jenis penggolongan darah dan tekanan
darah.
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu
individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada
permukaan membran sel darah merah. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang
dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia.Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari
beberapa larutan yang menyebabkan terjadinya hemolisa, untuk mengetahui jumlah
tekanan darah pada manusia serta penentuan golongan darah manusia.Dalam praktikum
ini menggunakan bahan berupa sampel darah yang akan diamati golongan darahnya
serta bahan kanan tambahan lainnya .Hasil dari praktikum ini adalah bahwa
tekanan darah dan golongan darah setiap
manuasia itu bervariasi.pada hemolisa secara makroskopis
dan mikroskopis bertujuan untuk melihat bentuk darah pada keadaan hipertonik
dalam (NaCl 3%), hipotonik ( NaCl 0,45%)
dan isotonik dalam (NaCl 0,9%).Hasil yang didapat dari percobaan jenis golonga
darah yaitu golongan darah A, B ,dan golongan darah O. Sedangkan untuk tekanan
darah arteri brachialis pada berbagai macam sikap yaitu pada posisi berbaring
terlentang 100 mmHg, posisi duduk 103 mmHg, berdiri 110 mmHg, dan tekanan darah
arteri pada berbagai macam kerja yaitu kerja otot sebesar 125 mmHg dan 120 mmHg
untuk kerja otak.
Kata kunci : Hemolisa Darah,
Golongan Darah, dan Tekanan Darah.
PENDAHULUAN
Makhluk
hidup tersusun dari berbagai organel-organel dan jaringan penyusun .Dimana
semua proses kimia dan fisika berlangsung dalam sel. Sel memiliki peran yang
sangat penting terhadap kelangsungan hidup
makhluk hidup.Contonya proses metabolisme yang berlangsung dalam sel
bertujuan untuk mengasilkan sumber energi bagi manusia, akan tetapi nutrisi
atau sumber enegi yang dihasilkan dalam proses metabolisme tidak langsung
diedarkan keseluruh jaringan tubuh sebagai nutrisi bagi tubuh tanpa ada zat yang disebut darah.
Darah
adalah cairan yang terdapat pada semua hewan ( kecuali tumbuhan ) tingkat
tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia
hasil metabolism, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri. Selain
dari fungsinya tersebut sel-sel darah yang terdapat dalam tubuh juga akan
mengalami kerusakan seperti kerusakan pada membran eritrosit yang disebabkan
oleh beberapa factor seperti penambahan larutan hipotonis, hiprtonis
kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membrane
eritrosit, zat /unsur kimia tertentu, pemanasn dan pendinginan, sehingga
terjadi hemolisa darah .Hemolisah adalah pecahnya membrane eritrosit, sehingga
bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma)
Hemolisis adalah pecahnya
membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya
(plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan,
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium
tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran
yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila
membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan
dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
Golongandarah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran
sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein. pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis gagal ginjal, syok dan kematian. Darah terdiri dari dua
komponen, yaitu sel sel dan cairannya (plasma). Plasma tanpa fibrinogen biasa
kita sebut dengan serum. Pada abad ke 18, terjadi banyak kematian pada resipien
tanpa diketahui sebab sebab nya. Namun Landsteiner menemukan bahwa sel sel
darah manusia dari beberapa indivisu akan menggumpal ( beraglutinasi ) dalam
kelompok kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur
dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian
diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi
antigen antibodi. Apabila suatu substansi asing disuntikkan ke dalam aliran
darah dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang
akan beraksi dengan antigen.(Suryo, 2005)
Tekanan darah adalah besarnya
gaya dorong darah terhadap dinding pembuluh darah arteri dalam satuan mmHg.
Satuan mmHg (millimeter raksa) adalah salah satuan tekanan resmi yang digunakan
dalam bidang fisika dan kimia. Angka tekanan darah dinyatakan dengan dua
besaran tekanan darah yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik dan ditulis
sebagai [tekanan sistolik]/[tekanan diastolik]. Misalnya angka tekanan darah
seseorang adalah 120/80, artinya tekanan sistolik=120 mmHg dan tekanan
diastolik=80 mmHg. Tekanan darah hanya dapat diketahui melalui pengukuran
menggunakan alat ukur tekanan darah (tensimeter). Tekanan darah dapat
berubah-ubah setiap saat dalam rentang angka tertentu bergantung pada posisi,
aktivitas dan kondisi tubuh .
Atas
dasar inilah dilakukan praktikum tentang darah untuk melihat bagaimana proses
hemolisis dan krenasi itu terjadi serta faktor-faktor penyebabnya seperti
tekanan osmotik eritrosit, menghitung berat jenis darah, golongan darah,
tekanan darah, dan diferensiasi leukosit.
MATERI
DAN METODE
Waktu dan tempat
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah II dan V
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 23 September 2013, pukul 14.00 Wita sampai selesai bertempat di
Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat dan bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum hemolisa darah, tekanan darah dan golongan darah
adalah mikroskop, lanset pen, gelas objek, cover glass, tabung reaksi, pipet ,
haemocytometer, spynomanometer, dan stetoskop.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum hemolisa darah, tekanan darah dan golongan darah
adalah larutan NaCl o,9, 3%, dan 5 % , larutan ureum 1,8 % dalam NaCl 0,9 % ,
larutan ureum 1,8 % dalam aquadest,
alcohol dan kapas , citras natricus3,8 % , serum anti A dan B , Na- citrate 1 %
.
Metode percobaan
a. Hemolisa dan Krenasi
Mengambil gelas arloji bertanda A,
B, C, kemudian menuangkan masing-masing 1 tetes darah pada setiap bagian dalam
gelas arloji, 1 tetes NaCl 3% pada tabung B, dan membiarkan tabung C sepereti
semula, Kemudian mencampur larutan tersebut dengan samprl darah dan
mengamatinya di atas kertas putih. Mengamati apakah terdapat endapan dan
terjadi kekeruhan. Lalu mengamati terus dan mengambil masing-masing setetes
dari gelas arloji tadi kemudian mengamatinya di bawah miskroskop dan
menggambarnya apa yang kemudian terlihat atau nampak.
b. Penggolongan Darah
Kita menggunakan onbjek glass yag tertulis serum anti A, anti B, dan serum
anti C. Kemudian meneteskan masing-masing 1
tetes darah ketiga anti serum tersebut. Untuk anti serum A ditambah serum anti
A, untuk serum B ditambah serum B dan untuk serum C ditambah
dengan anti C dan mengamati apakah obyek glass
tersebut terjadi penggumpalan atau koagulasi atau tidak.
c. Tekanan
Darah
Tekanan
darah arteri brachialis pada berbagai macam sikap yaitu :
a. Berbaring terlentang
Teman yang menjadi sampel percoban
disuruh baring terlentang selama 10 menit. Kemudian dipasangkan lanset
dilengannya dan ditetapkan tekanan darahnya. Dicatat hasil pemeiksaan tekana
darahnya
b. Duduk
Setelah percobaan pertama orang
percobaan kemudian disuruh duduk dengan tenang selama 3 menit. Selanjutnya dicatat nilainya.
c. Berdiri
Sekarang orang percobaan disuruh berdiri tenang selama 2-3 menit. Selanjutnya ditetapkan tekanan
darahnya dan di catat nilainya.
d. Berlari
Berikutnya pada orang yang sama disuruh
melakukan kerja otot (jongkok berdiri) selama 1 menit. Di catat nilainya.
e. kerja otak
suruh
pada orang yang sama memecahkan satu soal hitungan yang agak sulit. ditetapkan
tekanan darahnya dan di catat nilainya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hemolisa dan krenasi
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Table 1. Hemolisa dan Krenasi secara
makroskop
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
![]() |
NaCl 3 % +
darah terjadi krenasi
|
|
![]() |
NaCl 0.9 %
+ darah . kontrol
|
|
![]() |
NaCl 0.45
% + darah terjadi hemolisa
|
Table 2. Hemolisa dan Krenasi secara
mikroskopis
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
![]() |
NaCl 3 % +
darah terjadi krenasi
|
|
![]() |
NaCl 0.9 %
+ darah . kontrol
|
|
![]() |
NaCl 0.45
% + darah terjd hemolisa
|
Pembesaran
: 100x
Sumber
: Data hasil dari praktikum Laboratorium Fisiologi Ternak Dasar, 2013 .
Berdasarkan hasil di atas
menunjukkan adanya perbedaan antara yang di beri larutan bersifak
hiportonik,isotonic,dan hipotonik .darah yang berada pada larutan hipertonik (
NaCl 3 % ) akan mengalami krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Noferi ( 2010
), yang menyatakan bahwa Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak
normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik
karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari
bahasa Latin crenatus.
Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel
memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di
sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari
sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel
mengecil.
Hemolisis adalah pecahnya membrane eritrosit
sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan
membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan
hipotonis atau hipertonis ke dalam darah
penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsure kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl (hipotonis) medium tersebut
(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang
bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran
tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri,
maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis maka
cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan
dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma)
B. Golongan darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi
Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Tabel 3. Hasil Pengamatan
Golongan Darah
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
![]() |
Golongan
darah A
Aglutinogen
A
Aglutinin
b
|
|
![]() |
Golongan
darah B
Aglutinogen
B
Aglutinin
a
|
|
![]() |
Golongan
darah AB
Aglutinogen
A dan B , Tidak terdapat Aglutinin
|
|
![]() |
Golongan
darah O
Tidak
terdapat Aglutinogen, aglitinin a dan b
|
Pembesaran
: 100x
Sumber
: Data hasil dari praktikum Laboratorium
Fisiologi Ternak Dasar, 2013 .
Berdasarkan dari tabel di atas terlihat jelas
perbedaan antara beberapa golongan darah sehingga darah tersebut dapat di
kelompokkan berdasarkan jenisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat mustahib (2011), yang menyatakan Darah
manusia dapat dikelompokkan (digolongkan) berdasarkan atas ada tidaknya antigen
yang terdapat pada permukaan luar membran sel darah merah (eritrosit). Antigen
yang dimaksud dinamakan aglutinogen. Antigen sel darah merah merupakan suatu
bagian berupa glikoprotein atau glikolipid yang bersifat genetis. Antigen yang
telah dikenali pada sel darah merah yaitu antigen A dan antigen B.
Di
dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut aglutinin. Aglutinin
merupakan antibodi yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada permukaan sel
darah merah. Sesuai jenis aglutinogen, ada dua jenis aglutinin yaitu aglutinin
α (anti-A) dan aglutinin β (anti-B). Jika kedua aglutinin ini bereaksi dengan
antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami lisis.
Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah).
Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golong-an darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0 (nol). Penggolongan darah semacam ini dinamakan sistem ABO atau AB0, Selain sistem ini, darah dapat juga digolongkan dalam sistem Rhesus (Rh).
Sel darah merah ada yang memiliki antigen A, antigen B, dan antigen A,B. Tetapi ada juga sel darah merah yang tidak memiliki antigen A maupun B. Sel darah ini hanya memiliki aglutinin pada plasma darahnya saja.
Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golong-an darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0 (nol). Penggolongan darah semacam ini dinamakan sistem ABO atau AB0, Selain sistem ini, darah dapat juga digolongkan dalam sistem Rhesus (Rh).
Sel darah merah ada yang memiliki antigen A, antigen B, dan antigen A,B. Tetapi ada juga sel darah merah yang tidak memiliki antigen A maupun B. Sel darah ini hanya memiliki aglutinin pada plasma darahnya saja.
Seseorang
akan memiliki golongan darah A, bila sel darah merahnya memiliki antigen A dan
plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B). Seseorang akan bergolongan darah
B, bila sel darah merahnya memiliki antigen B dan plasma darahnya memiliki
aglutinin α (anti-A). Kemudian, orang akan bergolongan darah AB, jika sel darah
merahnya memiliki antigen A dan B, tetapi dalam plasma darahnya tidak memiliki
aglutinin α dan β. Sementara, orang akan bergolongan darah O atau 0, bila sel
darah merahnya tidak memiliki antigen A dan B, hanya dalam plasma darahnya
memiliki aglutinin α dan aglutinin β.
Apabila
sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan serum darahnya membuat
aglutinin β, maka orang tersebut mempunyai golongan darah A. Sebaliknya,
apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen B dan serum darahnya
membuat aglutinin α , maka orang tersebut dikategorikan golongan darah
B.Kemudian, apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan B,
sementara serum darah tidak dapat membuat aglutinin α maupun β, maka orang
tersebut mempunyai golongan darah AB.Sebaliknya, bila sel darah merah seseorang
tidak meng andung aglutinogen A dan B, sementara serum darahnya dapat membuat
aglutinin α dan β, maka orang tersebut mempunyai golongan darah O atau 0.
C. Tekanan darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah
dilakukan diperoleh:
Tabel 4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
Aktivitas Tekanan Darah
|
Berbaring 129/90 mmhg
|
Duduk 119/80 mmhg
|
Berdiri 130/90 mmhg
|
Kerja otak 119/90 mmhg
|
Kerja otot 140/90 mmhg
|
Sumber : Data hasil dari
praktikum Laboratorium Fisiologi Ternak
Dasar, 2013 .
,Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat kita lihat tekanan darah pada masing-masing
aktivitas berbeda satu sama lainnya
karena tekanan darah dapat di pengaruhi aktivitas tubuh, tingkat aktivitas
fisik , tingkat emosi dan jenis kelamin. Hal in sesuai dengan pendapat Menurut Kozier et al(2009), ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:
1.Umur
Bayi yang baru lahir memiliki
tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolic meningkat
secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya
lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding
pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan
darah.
2.Jenis Kelamin
Berdasarkan Journal of Clinical
Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi
pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan darahtinggi.
Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi
lebih tinggi (Miller, 2010)
3.Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan
darah.
4.Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat
meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan terhadap dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah setiap siklus
jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Frandson (1992), bahwa siklus jantung berkontraksi saat ventrikal kiri memaksa
darah masuk ke aorta yaitu tekanan naik
sampai puncak yang disebut tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing
dapat berubah.
Diastole merupakan keadaan dimana jantung berelaksasi atau istirahat. Pada waktu diastole, kelenturan dinding di
bagian pertama arteri tersebut membantu mendorong ke arah bagian berikut dari
arteri yang kemudian menjadi lebar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa pada waktu diastole tekanan
emenurun sampai mencapai titik terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole
merupakan waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi
ventrikel.
Tekanan darah pada setiap individu berbeda-beda dan cenderung selalu
berubah-ubah. Perbedaan tekanan darah
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekuatan jantung memompa
darah dan banyaknya darah dalam pembuluh darah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung
yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya
dikatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap
satuan luas dinding pembuluh darah.
Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg
Perbedaan tekanan darah yang diperoleh pada percobaan tekanan darah
disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat pengukuran tekanan darah. Hal ini sesuai pendapat Wulangi (1993), bahwa
faktor-faktor yang empengaruhi tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada
dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah
sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap aliran darah.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Hemolisa terjadi karena tekanan osmotik dalam
sel lebih rendah dibanding di luar sel, sedangkan pada larutan yang tekanan
osmotiknya lebih rendah dari darah maka akan menyebabkan terjadinya krenasi.
Golongan
darah yang diperoleh adalah golonga darah A dan B. Pada manusia
penggolongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutoinogen dan
aglutinin dalam darah. Ada empat macam
golongan darah yaitu A, B, AB, dan O.
penggumpalan darah akan terjadi apabila aglutinogen dari suatu golongan
darah bertemu dengan aglutinin golongan darah yang lain.
Tekanan darah normal pada manusia dewasa yaitu 120/80 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
yaitu jumlah darah yang ada di peredaran darah yang dapat membesarkan pembuluh
darah, aktivitas memompa jantung, dan tekanan terhadap aliran darah.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson,
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mustahib.2011. penentuan
golongan darah.online di akses pada tanggal 25 september 2013.
Noferi.2011.
peristiwa yang terjadi dalam
sel.online Di akses pada tanggal 27 september 2013.
Olvista. 2013. Tekanan darah. online di akses pada tanggal 24
september 2013
Wiki.2013. Golongan Darah .online di akses pada
tanggal 24 september 2013.
Wulangi,
S.K. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi
Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar