ILMU NUTRISI TERNAK
“
GLIKOGENESIS DAN PENENTUAN SERAT KASAR BAHAN PAKAN BERDASARKAN ANALISA
PROKSIMAT “
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas GLIKOGENESIS DAN METODE PENENTUAN SERAT KASAR BAHAN PAKAN.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Makasar, September 2013
Penulis
PEMBAHASAN
GLIKOGENESIS
A.
PENGERTIAN
Glikogenesis
adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen untuk
disimpan di dalam hati. Lintasan ini diaktivasi di dalam hati, oleh hormon
insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya
karena kandungan karbohidrat setelah makan; atau teraktivasi pada akhir siklus
Cori. Penyimpangan atau kelainan metabolisme pada lintasan ini disebut
glikogenosis.(Wikipedia )
Glikogenesis
adalah proses anabolic pembentukan glikogen untuk simpanan glukosa saat kadar
gula darah menjadi tinggi seperti setelah makan,glikogenesis terjadi terutama
dalam sel-sel hati dan sel-sel otak rangka, tetapi tidak terjadi dalam sel-sel
otak yang sangat bergantung pada pada persendian konstan gula darah untuk
energy. (Ethel Sloane, 2003)
Glikogenesis
adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa. Proses Glikogenesis diaktivasi
di dalam hati, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap rasio gula darah
yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan; atau
teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Glikogenesis
adalah proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan dalam hati
dan otot. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam
tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam
hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa
otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot
bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
B. STRUKTUR GLIKOGEN
Glikogen bentuk penyimpanan glukosa adalah
polisakarida glukosa bercabang yang terdiri dari rantai-rantai unit glukosil
yang disatukan oleh ikatan α-1,4 dengan cabang α-1,6 di setiap 8-10 residu.
Dalam
molekul dengan struktur bercabang –cabang lebat ini, hanya satu residu glukosil
yang memiliki sebuah karbon anomerik yang tidak terkait ke residu glukosa
lainnya. Karbon anomerik di awal rantai melekat ke protein glikogenin. Ujung
lain pada rantai itu disebut ujung nonpereduksi. Struktur yang bercabang-cabang
ini memungkinkan penguraian dan sintesis glikogen secara cepat karena enzim
dapat bekerja pada beberapa rantai sekaligus dari ujung-ujung nonpereduksi.
Glikogen
terdapat dalam jaringan sebagai polimer berberat molekul sangat besar (107-108)
yang bersatu dalam partikel glikogen. Enzim yang berperan dalam sintesis dan
penguraian glikogen dan sebagai enzim pengatur, terikat ke permukaan partikel
glikogen.
Fungsi Glikogen pada Otot Rangka dan Hati
Glikogen
terurai terutama menjadi glukosa 1-fosfat yang kemudian diubah menjadi glukosa
6-fosfat. Di otot rangka dan jenis sel lain, glukosa 6-fosfat masuk ke dalam
jalur glikolitik. Glikogen adalah sumber bahan bakar yang sangat penting untuk
otot rangka saat kebutuhan akan ATP meningkat dan saat glukosa 6-fosfat
digunakan secara cepat dalam glikolisis anaerobik.
Di
hati berlainan dengan di otot rangka dan jaringan lainnya. Glikogen hati
merupakan sumber glukosa yang pertama dan segera untuk mempertahankan kadar
glukosa darah. Di hati, glukosa 6-fosfat yang dihasilkan dari penguraian glikogen
dihidolisis menjadi glukosa oleh glukosa 6-fosfatase, suatu enzim yang hanya
terdapat di hati dan ginjal. Dengan demikian, penguraian glikogen merupakan
sumber glukosa darah yang dimobilisasi dengan cepat pada waktu glukosa dalam
makanan berkurang atau pada waktu olahraga dimana terjadi peningkatan
penggunaan glukosa oleh otot.
Glikogen
otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk dikirim keluar
guna mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya di antara waktu makan.
Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi
glikogen otot hanya terkuras setelah seseorang melakukan olahraga yang berat
dan lama.
C. TUJUAN GLIKOGENESIS
Proses
glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk berpikir,
mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa melampaui
kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah simpanan glikogen
dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek melalui proses glikogenesis.
Jika
kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di
simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi glikogen)
terjadi terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan kadar
glukosa darah dan proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari
pangkreas.
D.
PROSES PEMECAHAN GLIKOGEN (GLIKOGENESIS)
Rangkaian
proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.
Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim
terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
ATP
+ D-glukosa → D-glukosa 6- fosfat + ADP
2.
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami
fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible
yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat ( glukosa 1,6-bisfosfat b
ertindak sebagai koenzim).
Glukosa
6-fosfat → Glukosa 1- fosfat
Enz-P
+ Glukosa 1-fosfat→ Enz + Glukosa 1,6-bifosfat →Enz-P + Glukosa 6-fosfa
3.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGlc pirofosforilase.
UTP
+ Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi
4.
Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik
akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan
uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul
glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk
memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer
protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc
+ (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen Glikogen
Residu
glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek
yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap
melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul
glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
6.
Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa
tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada
rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik
cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan
lebih lanjut 1glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah
residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam
molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun
glikogenolisis.
Tampak
bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen
induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam
tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).
•
Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam proses
glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa.
•
Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa yang disebut
glikogenolisis juga melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi
dengan jalur yang berbeda seperti digambarkan pada Gambar dibawah.
•
Senyawa antara UDP-glukosa (Glukosa Uridin Difosfat) terjadi pada jalur
pembentukan tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim
yang berperan dalam kedua jalur tersebut juga berbeda.
•
Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa
6-fosfat dsari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia
berenergi tinggi.
•
Sedang enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan
fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa
1-fosfat.
•
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa
1-fosfat uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa
(UDP-glukosa)dan pirofosfat (PPi).
•
Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum untuk
biosintesis disakarida dan polisakarida.
•
Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan
dari glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut.
•
Dalam hal ini UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh
sukrosa fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim
sukrosa fosfatase dihidrolisis menjadi sukros.
Glikogenesis
terjadi bila jumlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu berlebih, maka
glukosa akan disimpan dalam hati dan jaringan otot. Glikogen dalam hati dapat
juga dibentuk dari asam laktat yang dihasilkan pada proses glikolisis. Gambar 6
menunjukkan siklus pengubahan glukosa , asam laktat dan glikogen yang disebut
siklus cori. ( Poedjiadi dan Titin , 2006 : 259 )
Jika kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di simpan sebagai sebagai glikogen
atau lemak melalui proses glikogenesis .Glikogenesis akan menurunkan kadar
glukosa darah dan proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari
pankreas. ( Poedjiadi dan Titin , 2006 : 259 )
Konsentrasi glukosa dalam darah manusia
normal ialah 80 dan 100 mg/100 ml. Setelah makan makanan sumber karbohidrat,
konsentrasi glukosa darah dapat naik hingga 120-130 mg/100 ml , kemudian turun
menjadi normal lagi. Dalam keadaan berpuasa , konsentrasi glukosa darah turun
hingga 60-70 mg/ 100 ml. Kondisi glukosa darah yang lebih tinggi daripada
normal disebut hiperglikemia, sedangkan yang lebih rendah disebut hipoglikemia.
Bila konsentrasi terlalu tinggi maka sebagian glukosa dikeluarkan dari tubuh
melalui urine. ( Poedjiadi dan Titin , 2006 : 259-260 )
PENENTUAN
SERAT KASAR BAHAN PAKAN BERDASARKAN ANALISA PROKSIMAT
Analisa
proksimat merupakan salah satu yang metode dalam analisis pangan untuk
menentukan kadar suatu bahan pangan. Protein merupakan suatu zat makanan yang
sangat penting bagi tubuh karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar
dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah
sumber asam-asam amino yang mengandung unsure-unsur C, H, O, dan N, P, S dan
ada juga yang mengandung unsur Cu dan Fe. Salah satu cara terpenting yang cukup
spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan
penentuan kandungan N yang terdapat dalam suatu bahan pangan atau bahan lain. Apabila unsur N ini
dilepaskan dengan cara destruksi (perusakan bahan sampai terurai
unsur-unsurnya) dan N yang terlepas ditentukan jumlahnya secara kuantitatif
(dengan titrasi atau cara lain) maka jumlah protein dapat di perhitungkan atas
dasar kandungan rata-rata unsur N yang ada dalam protein. Cara ini sebenarnya
memiliki kelemahan yaitu karena terdapat beberapa senyawa ain yang bukan
protein yang mengandung unsur N. misalnya amonia, asam amino bebas dan asam nukleat. Protein
memiliki berat molekul yang besar
sehingga mudah sekali terjadi perubahan bentuk fisis ataupun biologisnya.
Perubahan sifat alamiah protein dapat
disebabkan karena panas, asam, basa, solven orgaink, garam, logam berat,
radiasi sinar radioaktif. Peneraan jumlah protein adalam bahan makanan umumnya
dilakukan berdasarkan peneraan empiris (tidak langsung), yaitu melalui penetuan
kandungan N yang ada dalam bahan. Cara ini dikembangkan oleh Kjehdahl, seorang
ahli ilmu kimia Denmark pada tahun 1883. Dalam penentuan protein, seharusnya
hanya nitrogen dari protein saja yang di tentukan. Namun, secara teknis hal ini
sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa lain selain
protein dalam biasanya hanya sedikit, maka penentuan jumlah N total ini tetap
dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Dengan demikian, cara
Kjehdahl ini sering disebut sebagai kadar serat kasar (crude protein).
Tahap-tahap yang digunakan dalam menentukan kadar N dengan cara Kjehdahl aitu
dengan cara destruksi, destilasi, dan titrasi. Selain cara Kjehdahl ada
beberapa cara lain yaitu cara Van Slyke, metode Lowry, metode Biuret, metode
Spektrofotometer UV, metode Turbidimetri, metode pengecatan, dan penentuan
protein dengan titrasi formol.
Ada
berbagai definisi mengenai serat makanan, di antaranya adalah polisakarida
nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang berbentuk dari gugusan gula sederhana
yang bergabung menjadi satu serta tidak dapat dicerna. Serat makanan juga bisa
didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal dalam kolon setelah makanan dicerna
atau setelah zat-zat gizi dalam makanan
diserap tubuh. Serat makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu serat yang tidak
larut air dan serat yang larut dalam air.
1.
Serat Tidak Larut Air
Serat
yang tidak larut air umumnya berbentuk selulosa, dan lignin. Serat jenis ini
tidak dapat larut dalam air, tetapi mempunyai kemampuan untuk berkaitan dengan
air. Hal ini menguntungkan bagi tubuh karena dapat mempengaruhi peningkatan
ukuran, berat, dan melunakkan feses sehingga mudah dikeluarkan. Disamping itu,
serat juga dapat menghindari terjadinya konstipasi (sembelit).
2.
Serat Larut Air
Serat
jenis ini mempunyai kemampuan larut dalam air dan merupakan bagian dari dinding
sel tanaman yang mudah larut dalam air. Selain itu, serat ini juga berperan
dalam mencegah konstipasi. Fungsi lain dari serat ini yaitu berperan dalam
menurunkan kadar kolesterol. Jenis-jenis serat yang larut air yaitu mucilage (
Padi-padian, Biji-bijian, Kacang), gum guar (Kacang-kacangan), dan pektin
(Kulit Jeruk, Kulit Apel, Lapisan Bawang)(Anonim, 2010). Peran utama dari serat
dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin.
Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran
pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan
kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami
kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan
peristaltik usus besar menjadi lebih lamban. Istilah dari serat makanan
(dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang
biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian
dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium
hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Mutu serat dapat dilihat
dari komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri
dari komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak
larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF)(anonym, 2012).
Serat
kasar atau crude fyber merupakan komponen sisa hidrolisis bahan pangan dengan
asam kuat selanjutnya dihidrolisis dengan basa kuat sehingga terjadi kehilangan
selulosa sekitar 50% dan hemiselulosa 85% (Tensiska,2008). Serat makanan
merupakan serat yang masih mengandung komponen yang hilang tersebut. Sehingga
serat pada makanan lebih tinggi dibandingkan dengan serat kasar. Serat makanan
terbagi menjadi dua kelompok yaitu serat yang dapat larut air dan serta yang
tidak larut air. Serat makanan yang tidak dapat larut contohnya adalah
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sedangkan serat makanan yang larut air
yaitu gum, pektin, dan mucilage. Sehingga dalam praktikum ini, yang ditentukan
adalah kadar serat yang larut air. Karena dalam proses penentuan kadar serat
kasar menghilangkan komponen selulosa dan hemiselulosa mengunakan larutan asam
kuat dan basa kuat. Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan dalam sampel
bungkil kelapa yaitu berat sampel bungkil kelapa 2,1881 gram, berat kertas
saring + residu adalah1,5201 gram, berat kertas saring kosong adalah 0,7884
gram. Ditentukan dengan analisa serat kasal sehingga asil serat kasar yang
diperoleh adalah 33,44%. Prinsip analisa ini adalah komponen dalam sampel yang
tidak larut dalam larutan asam dan alkali encer dengan pemanasan dan pendingin
balik dalam kondisi tertentu. Bagian yang tidak larut dicuci dan dikeringkan
serta ditimbang sebagai serat kasar dalam bahan sampel. Penentuan kadar serat
dalam praktikum ini yaitu dengan cara gravimetri. Cara gravimetri merupakan
salah satu metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan
murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri melibatkan proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu (Khopar, 1990).
Penetuan
Serat Kasar
Prinsip : Lemak merupakan
sekelompok zat yang tidak larut didalam air tetapi dapat larut didalam pelarut
lemak (seperti eter,kloroform,dan benzene). Kadar lemak dapat diketahui dengan
jalan menghitung banyaknyabahan yang terlarut, Pelarutkan yang dipanaskan
terus-menerus kemudian didingankan secara kondensasi akan mengekstraksi semua
bahan-bahan yang larut dalam pelarut. Lemak yang didapat buakn lemak murni
tetapi merupakan campuran beberapa zat-za yang terdiri dari
klorofil,santofil,dan karoten. Oleh karena itu hasil ekstraksi lebih tepat
disebut dengan Ether Extract (EE) atau lemak kasar.
Cara kerja : Timbang sampel dengan
teliti sebanyak 1 g (L) dan bungkus dengan kertas saringbebas lemak, lalu
keringkan dalam oven 1050c selam 5 jam. Dinginkan sampel dalam eksikator dan
timbang (M). Sampel dimasukkan tabung ekstraksi soxhlet. Alat soxhlet diisi
dengan pelarut lewat kondensesor dengan corong. Alat pendinginan dialirkan dan
pemanas dihidupkan. Lakukan ekstraksi selama 16 jam sampai pelarut pada
terlihat jernih. Sampel dikeluarkan dari soxhlet dan dikeringkan dalam oven
1050c selama 5 jam, kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang (N).
Penentuan
Serat Kasar
Prinsip : Serat kasar merupakan
indicator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan. Serat kasar
merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut dalam H2SO4 dan
NaOH. Tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N didalam pakan,
sedangkan penambahan NaOH untuk
menguraikan lemak dalam pakan sehingga
mudah larut.Sisa bahan pakan yang tidak tercerna setelah proses
perebusan ditimbang dan diabukan. Perbedaan residu pertama dengan berat residu
setelah diabukan menunjukkan serat kasar.
Cara kerja : Keringkan kertas
saring whatman No. 41 didalam oven 1050c selama 1 jam dan ditimbang (O). Timbang dengan teliti 1 g (P) sampel dan
masukkan kedalam gelas piala. tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. setelah 30
menit, tambahkan dengan cepat NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit.
Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya didalam
coong Buchner yang telah dihubungkan dengan popa vakum. Kertas saring bersama
residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml
H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan
porselin bersih dan kering oven. Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven 1050c sampai didapat berat yang
konstan, dinginkan dalam eksikator dan ditimbang (Q). Pijarkan sampel dalam
cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan dalam tanur
6000c selama 3-4 jam. setelah isi cawan berubah menjadi abu berwarna putih,
cawan lalu dikeluarkan dari tanur, dinginkan dalam eksikator, dan timbang (R).
Perhitunagan serat kasar mengggunakan rumus sebagai berikut :
DAFTAR
PUSTAKA
Akses
pada hari minggu , 22 september 2013 pukul 08:30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar